Beberapa hari lalu aku berada pada suatu titik dimana aku merasa Tuhan tidak adil padaku. Sebenarnya itu hanya berawal dari pembicaraan dengan seorang teman yang lalu membuatku mulai menghujat diriku sendiri. Semua pikiran positif yang pernah kubangun selama ini, tiba-tiba lenyap. Hari itu dan berlanjut hari berikutnya, aku cuma tinggal dalam kegelapan.Tidak berani keluar, pun membuka tirai jendela. Hidupku terasa berat. Beberapa saat, hening, lalu hatikupun mulai berkata “Tuhan maafkanlah aku, tolong aku, angkat aku saat ini juga”. Sesaat kemudian, gambarNya semakin jelas dimataku, lebih jelas dari gambar yang sengaja kupasang didinding didepanku. Kau mungkin mengira aku hanya sok religius, tapi aku tidak seperti itu. Kamar gelap itu mulai terang. CahayaNya menenangkanku. Thank you God. Once again you touched my heart. Percayakah Kau, detik itu juga, Lucky, sahabatku yang sedang cuti, menelponku dan menanyaiku, apakah aku baik-baik saja. Aku tidak mengirimkan signal apapun padanya, tapi aku yakin Tuhan menggerakkannya untuk menguatkanku. Bersyukurlah atas sahabat-sahabatmu, yang selalu membantumu disaat kejatuhanmu. Mereka adalah anugerah . Thank you God for the multitude of friends in my life, when all I asked for was love.
Month: February 2006
Berdansa dengan kenangan
Cinta yang hilang tetap cinta. Hanya bentuknya saja yang berbeda. Kau tidak bisa melihat senyumnya atau membawakannya makanan, atau mengacak-acak rambutnya, atau berdansa dengannya. Tapi ketika indra-indra itu melemah, indra indra lain menguat. KENANGAN. Kenangan menjadi pasanganmu.Kau memeliharanya.Kau mendekapnya. Dan kau berdansa dengannya.