Language

Ini posting untuk menutup hari ini atau mungkin minggu ini.  Sebuah email di drop seorang teman yang merasa bahwa bahasa Indonesia itu lebih mudah pengucapannya ketimbang bahasa inggris.  Coba saja bandingkan pengucapan dua bahasa di bawah ini mana yang lebih pabalieut ?

Bahasa Indonesia:
“Tiga nenek sihir mengagumi tiga buah arloji merk Swatch. Nenek sihir
mana melihat pada arloji Swatch yang mana?”

Dalam bahasa Inggris:
“Three witches watch three Swatch watches. Which witch watch which
Swatch watch?

Bahasa Inggris ini memang rada unik.  Lebih pasnya, English is a strange language. Hasil keisengan di sela-sela jam idleku barusan, membuatku menemukan beberapa postingan kalimat-kalimat yang membuatku rada chuckle, semisal:

If you take an Oriental person and spin him around several times, does he become disoriented?
If people from Poland are called “Poles,” why aren’t people from Holland called “Holes?”
When cheese gets its picture taken, what does it say?
If horrific means to make horrible, does terrific mean to make terrible?
Why is a person who plays the piano called a pianist, but a person who drives a race car not called a racist?
Why is the man who invests all your money called a broker?
If love is blind, why is lingerie so popular?

Do they make you chuckle?

The Year of Magical Thinking : Analisa Kedukaan

“Mereka yang berkabung sesungguhnya sakit. Tapi karena kondisi ini dianggap lumrah dan terlihat sangat wajar,maka kita tidak menyebutnya sebagai penyakit “, Mourning and its relation to manic-Depressive state.

Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menggugah kenangan lama yang tidak mengenakkan. Sorry for this Gre. I know you’re stronger than you think. Akupun pernah merasakannya.

Aku cuma ingin me-rewrite arti kehilangan bagi Joan Didion dalam bukunya ‘The Year of Magical Thinking“. Alih alih mempersiapkan materi untuk perjalanan keluar kota minggu ini,aku terjebak menelusuri buku ini.

Kisah nyata kehidupan Joan Didion yang dituliskan secara personal, sambil sesekali mengutip hasil riset tentang depresi paska kepergian seseorang dalam hidup manusia dan tentang justifikasi2 dibalik keinginan kita untuk menghadirkan kembali sosok yang telah pergi itu.

Mengutip beberapa hasil riset, mungkin akan lebih menarik dari pada menulis kembali perasaan-perasaan Joan yang pasti akan membuat hati miris. Menggambarkan perasaannya disini membuat kita malah jadi sedih.

Riset itu misalnya, hasil penelitian J. William Wroden dari Harvard Child Bereavement Study yang mengungkapkan bahwa lumba-lumba melakukan mogok makan setelah kematian pasangannya. Angsa akan terbang dan memanggil-manggil,terus mencari hingga mereka kacau dan tersesat. Respon manusia, hampir serupa. Mereka mencari, menolak makan, lupa bernafas dan menjadi lemas. Mereka menyumbat saluran hidung dengan air mata yang tak tercurah yang mengakibatkan mereka harus berakhir di klinik THT. Kemampuan kognitif mereka tiba-tiba lenyap. Bahkan tingkat mortalitas efek kepedihan mendalam menunjukkan angka cukup significant. Hasil riset Institute of Medicine tahun 84 ini mengungkapkan bahwa perasaan duka kerap kali mengarah pada perubahan sistem endokrin yakni faktor hormonal yang terkait dengan sekresi internal, sistem kekebalan hingga kardiovaskuler. Nah, ini efek yang mematikan.

Disini dijelaskan adanya 2 jenis dukacita: dukacita tidak kompleks atau perkabungan normal dan dukacita yang kompleks atau perkabungan patologis. Mungkin yang pernah kurasakan hanyalah perkabungan nomal yang tidak mengakibatkan depresi secara klinis. Perkabungan patologis terjadi dalam hal kematian harus memisahkan perikatan dengan ketergantungan luar biasa.

Untuk mengatasi perkabungan yang bersifat patologis ini, menurut E.Bibring dalam Psychoanalysis and the Dynamic Psychotherapies, perlu abreaction atau pelepasan impuls-impuls yang tertahan.

Pada dasarnya kita menyimpan kenangan jauh dari dalam diri kita atas orang-orang yang kita cintai. Dan pada saat kematian itu harus memisahkan kita dari mereka, reaksi yang timbul membuat kita mampu melepas kenangan-kenangan terdalam sekalipun yang kita sangka telah lama hilang tersapu waktu.

Freud dalam Mourning and Melancholia menegasi bahwa dukacita mengakibatkan perubahan besar, namun tetap unik diantara disorder-disorder yang lain. Menurutnya, jarang sekali kita menggolongkan kedukaan sebagai kondisi patologis, dengan alas an yang sudah dikemukakan di paragraph awal. Kita justru berpikir bahwa kondisi ini akan hilang seiring waktu berlalu dan intervensi dalam bentuk apapun akan sia-sia. Namun nyatanya, kedukaan bisa bereaksi lebih jauh, bersifat tidak terbatas, dan tidak temporer.

Joan Didion telah kehilangan suami yang sangat dicintainya. Ingin tau kisah selanjutnya silahkan baca sendiri bukunya.

An Angel of Death – Weird !

Death Cat Inget gak, dulu kita suka bikin lelucon semisal “Eh, tau gak di kampung xx ada mayat diloncati kucing idup”. Maksudnya sih mayatnya tetep mati dan kucingnya yang hidup. Tentu saja, kucing mati gak bisa meloncat. Tapi kalau membaca kisah kucing yang membawa kematian, rada syerem juga.

Aku sih pernah membaca “Oscar the socialite cat” yang dikisahkan James Herriot, dimana si kucing doyan bersosialisasi dengan manusia. Oscar yang “the socialite cat” rutin datang ke tempat arisan ibu-ibu, dia juga rutin mengunjungi kelas yoga. Tapi tak kusangka kalau Oscar yang satu ini gemar berkeliaran di rumah sakit. Rada weird memang. Baca kisahnya deh. And what do you think if you have him as your pet ?

Stop adding new debt ???

“Stop adding new debt…” published by one of the english news papers in Indonesia. One of the NGO’s who addresses it self as anti-debt group, urges the govt to stop adding new debt to fund the state budget due to the high amount of un disbursed loan commitments. Their main concern is that the budget for commitment fee as a consequence of not disbursing the amount of loan commitment can be allocated to help the govt in financing budget deficit. In other words, education budget which was previously promised to be increased to 20% would at least becomes viable. I, by no means, disagree that the govt should eliminate undisbursed loans in order to minimize commitment fee. However, it doesn’t necessarily associate with the govt’s initiation for adding new loan. As the new playing rule has been in place, the govt will not sign the agreement of new project loan unless the readiness criteria of the project has been fulfilled.

Furthermore, commitment fee does not directly link with program loan, as the report might assume. Program loan, by design, is fast-disbursed loan. It means once the agreement has been signed the commitment can be disbursed. Thus, commitment fee may not be applicable.

“Adding more debts makes the government unable to formulate adequate state budget”, the coordinator of the NGO said. To be honest, our government now relies more on debt financing, since raising tax ration will not be politically sound. However there has been a shifting of types of instrument which can obviously seen from the composition of government loan and securities. Government loan tend to decrease while government debt securities is in increasing trend. The high amount, in my opinion, does not matter. What matters here is the debt to GDP ratio in which, in this case, Indonesia has the decreasing trend. In 2000, the number was 88 % while last year it accounted for 39%. This year, using new revised budget assumption, the debt to GDP ratio is projected to be around 37%. Sounds optimistic, isn’t it ?

Well I guess I have to stop now. I need to discuss with my colleague about the new scheme of remunerations in my office, which potentially increases my spending budget for …. mmm the next holiday 🙂 … escape from managing govt debt for a while.

Morning

I got a nice short message this morning from my best friend in a small island on the eastern part of Indonesia.

When the sun had been around 30 degree high above horizons, She wrote me this: “God is wise, while we’re sleeping, He grants us a beautiful dream. In fact, He is much wiser as He wakes us up so that we can start making our dream come true.”

One reason I like to wake up early morning is that it allows me to take a look at the new day-sun. You can barely stare at the sun when it is already high. The new day sun is a sign of His presence. My eyes catch His strength. My skin pore absorbs His grace. And my heart feels His enduring love.

Hey, goede morgen Schaat, … will you smile at the sun?

Selamat Hari Bocah Nasional

Terberkatilah engkau wahai anak-anak kecil. Senyummu menyukakan kami. Tawamu membasuh perih.

DanielDANIEL masih sangat mungil. Aku terus merengkuhnya dan menciumi keningnya. Kala kedua matanya terkatup tak menyeluruh, dia tersenyum melihat bayanganku samar samar, lalu segera terlelap dalam sesaat. Rekaman kejadian ini selalu kumunculkan dikepalaku dan sengaja kuhadirkan kala hati ini ingin dihibur.

Advenadi DenisaDENIS, yg bukan the menace. Hobbynya menjadi jagoan, sehingga kala aku memilih menjadi kucing, dia akan memilih menjadi gajah yang dengan seenakkan menginjak-injak kucing. Atau, pada saat aku sesekali tak mau kalah dengan memilih menjadi harimau, dia akan memilih menjadi harimau besar. Dihadapannya aku selalu kalah , namun tanpanya dunia ini sepi.

SiLSIL, nama yg singkat, sesingkat pertemuan kami. Bocah satu ini tak pernah membiarkanku mencium pipinya yang merah dan gemuk. Tapi selalu saja aku berhasil mengecohnya. ‘Op… Apeltje, Melk’ adalah kata-kata pertamanya. Rupanya urusan perut lebih gampang nyangkut ketimbang urusan emosi. Bersamanya aku berlomba menghapal kata-kata benda sederhana… vogel, paard, konijn. Mamanya akan tersenyum bangga melihat jagoan kecilnya bisa mengalahkanku.

VIO, si tiger kecil, yg tak bisa tidur tanpa terlebih dahulu mengusap-usapkan ekor bantal Tigre dimukanya. Jagoan yang satu ini memanfaatkan besar badannya yang diatas rata-rata utk mengintimidasi teman-teman pre schoolnya. Baru masuk ruangan semenit sebuah teriakan protes pasti akan membahana di dalam kelas “Vioooo…”. Ah tigerku yg usil.

Selamat hari bocah ponakan-ponakanku… Sil, jij komt niet uit Indonesie maar mag jij natuurlijk mee om te vieren.

New 7 Wonders – Jangan cari Borobudur di Nominated List

What is in your mind after knowing the announcement of new 7 wonders of the world? Are you wondering about the result which may not match to your expectation? Perhaps you first need to check this before arguing the result.

Well… pagi pagi sekali aku telah mendapati, email David, Agusto en Paola yang Peruvian meramaikan inboxku. “Thanks for your vote” David said, while referring to his previous email which had provoked some of us to vote for Machu Picchu.

To be honest, aku tidak ikutan memilih. Bukan karena kecewa Borobudur tidak masuk dalam nominasi tapi karena – menurutku – ini sama halnya dengan pemilihan idol yang subyektivitas akan mendominasi keputusan untuk memilih. I might vote for Mahu Picchu for a friendship reason, or Eiffel tower or Neuschwanstein Castle or Stonehenge for a historical reason related to my personal experiences.

I don’t mind really, Borobudur – the Biggest Buddhist Temple isn’t included on the list. As Dr. Zahi Hawass, leading ancient archeologist in Egypt, refuses to include Giza Pyramid to the competition list. Copying his underlying reason, Borobudur is not comparable to those nominated objects. He questioned about the people who do not have experience or any knowledge of history who vote on sites. Well, the vote should be restricted to archaeologists, historians and scientists if I may add for the argument of the absence of Borobudur from the nominated list. Mmm kind of alasan pembenaran. Oh ya at the end, Giza Pyramid was removed from the nominated list and was announced as honorary candidate.

I know there are so many arguments in place either prior to or after the announcement. Well, lets take it as is and let David, Agusto and Paola enjoy their euphoria upon the announcement of Machu Picchu as one of the new seven wonders.

For us, Indonesian citizen, tak perlu reesau. We have more than 7 of wondering sites. I.e Candi Loro Jongrang. Coba sebutkan candi mana yang dibangun hanya dalam satu malam. Bahkan Neuschwanstein, setelah 17 tahun peletakan batu pondasi, masih left unfinished. Lalu Tangkuban Perahu. Coba sebutkan site mana yang ditendang langsung jadi gunung sebagus itu. Namun yang lebih wondering lagi, seonggok batu karang di Pantai Aia Manih di Sumatera Barat yang berasal dari seorang anak kualat bernama Malin Kundang. Hey … lagi mikir yach, mana lagi yang bisa masuk list 7 wonders ala Indo ? I’m wondering 🙂 what in your mind is.

UK : mengenang penggalan hidup

Dua buah pin, satu pin berlambang bendera Indonesia dan Britain, satu lagi berbendera Britain dengan tulisan Great in Education, menjadi souvenir ketika diminta berbagi pengalaman tentang kuliah di UK.

Acara yang dihadiri cukup banyak calon mahasiswa itu berlangsung dua jam di Hotel the Sultan. Ada 5 alumni UK institutions bersedia sharing pengalaman, termasuk aku. Banyak yang mengagungkan kota tempat mereka bertempur demi setimba ilmu. Aku yang kala itu harus ke Birmingham demi bertimba-timba ilmu, tak melihat kondisi kota terbesar di West Midlands itu sebagai dasar pilihanku. Dikala butuh penyejukan temen-temen alumni yang lain akan berlarian ke bukit-bukit indah disekitar kampus, aku cukup masuk ke sebuah charity shop milih Cancer Research, di daerah Harborne untuk sekedar mencari burning oil beraroma lavender yang kubakar disela-sela kesesakan hati.

Birmingham, tak seaman kota-kota yang sempat diceritakan para alumni yang beberapa kali mengingatkan tentang penembakan di kota mereka tinggal. Aku tau mau berkomentar tentang hal ini, meskipun selama setahun aku tinggal, telah terjadi dua kali penembakan di daerah Perry Barr, tempat yang tak jauh dari lokasi komunitas Indonesia berada. Aku tak ingin memberikan kesan seram di sebuah kota yang turut berkontribusi terhadap kisah hidupku..

Di negeri orang kita memang mesti hati-hati dan tau diri. Berusaha ramah dengan local residence. Bahkan ketika melewati kucing local berbulu tebal pun selalu kukatakan, “Morning Love, feeling good today?” meniru penjaga-penjaga di toko orang India Pakistan yang selalu memanggil customernya dengan sebutan “Luv”. Aku serasa sedang berkencan dengan salah satu dari mereka, setiap kata-kata “Luv” ini muncul.

Btw, tak banyak yang aku share dengan para calon mahasiswa ini, kecuali bagaimana ngakali seminggu pertama di UK. Pakailah bank contact anda. Google akan bersenang hati membantu Anda, tentu dengan key word “milis PPI UK”. Dan jangan lupa bergabung dan drop email dengan subject Help ;).

Kendala bahasa bisa diatasi tanpa tape recorder yang hanya akan berfungsi 2 minggu kemudian dibiarkan tergeletak dengan alasan waktu me-replay yang tak tersedia. Baca text booknya pas masih di Indo, sukur-sukur kalo nemu. Tentu anda harus contact program manager Anda untuk mengetahui list text book yang dipakai.

Milih private atau university accommodation? kalau ngomongin budget, private lebih ngirit. Tapi kalau tingkat kenyamanan ya university accommodation lebih menjanjikan. You buy the quality. Nyaman dalam artian, gak perlu ngurus2 gas listrik air TV or sambungan internet. Tapi Telewest Blue Yonder menjawab dua pertanyaan terakhir. Dengan 35 Pound, TV kabel, fix line telepon dan broadband internet selama sebulan terjamin. Lalu gas, air dan listrik ntah kami pakai apa. Di negara yang persaingannya cukup sehat, harga akan bersaing. Kalau tidak salah kami sempat ganti 3 kali provider dalam setahun. Sungguh rekor yang ruarr biasa menginat seumurr hidupku aku harus stick kepada PT PLN tercinta untuk menyuplai listrik

Tentu aku ambil private accommodation, dan tinggal bersama teman-teman senasib, para Chevening Scholar dari negeri … aku bahkan tak mengenali dari mana Ammal berasal, lahir besar di Jerman, sekolah hingga sarjana di USA lalu bekerja sebagai ahli gizi di sebuah rumah sakit di Riyadh. Mungkin orang Arab lebih pas menempel di jidatnya mengingat ada darah Saudi Arabia mengaliri sel-selnya. Satu lagi Samia yang fasih berbahasa perancis, dan selalu dibuat sibuk dengan text book kedokterannya. Jadilah kami warga chevening di Hurbert Road, yang mencoba membaur dengan karakter masing-masing. Terakhir, Gerline May Catangui si Pinoy, satu-satunya chevening scholar dari Philippines yang kuliah di B’ham Uni, bergabung dan menggeser Samia yang sibuk dengan lembaran bukunya. Kami bertiga menjadi Charlie Angels dan kelayapan hingga desa-desa sepi pinggiran B’ham. Kesasar, diterjang badai, hampir tenggelam di sungai Avon di kota kecil Stratford atau hampir dipeluk pemabok di atas bus, menjadi pengalaman unik kami. Kisahnya nyambung ahh kepanjangan.