Kalau kamu sempat mendengar pun membaca tentang tragedi Ujian Nasional yang sempat dinodai dengan ledakan senapan di lingkungan sekolah serta tangisan guru-guru yang telah dengan sengaja membetulkan lembar jawaban siswa, kita semua pasti akan miris. Sedemikian parahnyakah moral mereka yang terlibat dalam kejadian itu, atau tak berpikirkah mereka para pembuat kebijakan yang telah memaksakan penyeragaman soal-soal ujian dibawah payung program “Ujian Nasional”, tanpa menyadari deviasi kualitas fasilitas pun tenaga pengajar antara kota besar dan pedalaman sangatlah jauh berbeda ?
Ok lets get straight to the point. Paragraf di atas tidak dimaksudkan untuk menentang apa yang dilakukan para anggota detasemen khusus 88 Anti Teror Kepolisian Daerah Sumut ataupun menghujat tindakan para guru SMAN 2 Lubuk Pakam Deli serdang, Sumut yang dilakukan siang hari pukul 13.30 pada hari Jumat tepat seminggu yang lalu. Karena justifikasi selalu bisa dicari. Mendapatkan argumen-argumen yang mendukung pendapat kita sama mudahnya dengan memperoleh alasan-alasan yang menentangnya.
Sebenarnya, apa yang terjadi di Sumut-pun terjadi pula di USA, negara yang konon sering dijadikan kiblat sistem pendidikan di negara-negara terbelakang, pun sedang berkembang. Bagi mereka yang sempat membaca buku freakonomics, kejadian di Sumut ini bukan hal yang baru. Di USA, tepatnya di Chicago, high-stake testing atau ujian yang paling menentukan untuk kenaikan kelas telah dinodai pula dengan kecurangan para guru. Motif guru-guru di Chicago saat itu sangatlah berbeda dengan apa yang melandasi guru-guru SMAN 2 Lubuk Pakam, yang lebih terbeban secara moral tatkala melihat pensil anak-anak didiknya tak bergerak saat ujian bahasa inggris berlangsung. Beban moral kepada orang tua anak-anak itu lebih menghantui para guru tersebut ketimbang sanksi yang harus dijalani tatkala apa yang mereka lakukan harus terbongkar.
Pada dasarnya manusia merespon terhadap insentif. Tatkala reward diberikan pada guru yang siswanya memperoleh nilai tinggi dalam high-stake testing, beberapa diantara mereka tergoda untuk melakukan kecurangan. Sistem reward dan punishment dalam high-stake testing ini telah direspon oleh sebagian guru dengan lebih berkonsentrasi pada topik-topik ujian ketimbang upaya meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu pelajaran. Hal ini pula yang mendorong guru-guru di Chicago untuk menghapus jawaban siswanya yang salah dan menggantinya dengan jawaban yang benar.
Namun penggrebekan bahkan ledakan dari laras senapan tidak perlu terjadi di Chicago, sebagaimana kejadian di Lubuk Pakam yang hanya menambah deretan noda bagi dunia pendidikan, bahwa sekolah adalah ajang kekerasan.
Beruntunglah Chicago Public School memiliki basis data jawaban siswa sejak tahun 1993 hingga tahun 2000. Sehingga dengan Algoritma sederhana guru-guru yang curangpun akhirnya dapat diketahui. Sebagian diantara mereka diberi peringatan bahkan di pecat. Kalau ingin mengetahui lebih detail bagaimana algoritma sederhana mampu membongkar kecurangan guru-guru di Chicago, baca buku Freakonomics deh. Buku ini … highly recommended!
Aksi polisi di Lubuk Pakam memang terkesan berlebihan. Andai kita mulai bisa memanfaatkan historical data guna menciptakan suatu kebijakan yang lebih memadai, kecurangan dan aksi brutalpun pasti bisa dihindari.
Oh ya, aku tidak men-suggest tindakan apapun atas kejadian di Lubuk Pakam seminggu yang lalu. Karena aku sadar betul bahwa berbicara lebih mudah ketimbang melaksanakan. Pun menulis lebih menyenangkan dari pada mengalami sendiri kejadian-kejadian itu.
ngomongin sistem pendidikan Indonesia=fasis?
another books from Novi. jadi kalau tidak men-suggest tindakan apapun? kalau tidak berpihak? kalau mengambang-ngambang? nanti malah mengawang-awang *bingung sendiri*
Wajah pendidikan penuh noda, tapi blum trlambat tuk mmbersihkannya..
wah… wah….
Emang sistem pendidikan di Indonesia sama kayak jaman penjajahan belanda yang kaya bisa menempuh pendidikan yang lebih tinggi dan yang miskin hanya gigit jari????
Tapi untungnya aQ da lulus dari Ujian sekolah, jadi gak perlu mikir yang susah2 dan aneh2 kayak gini????
wah Vi .. aku malah baru tahu dari kamu, miris tenan 🙁
Betul Mbak Novi, kata temenku yang pandai, ia juga salah satu tentor privat di sebuah LBB ternama di Surabaya. Sebelum pelaksanaan ujuan Nasional SMP ia ditawar 1 juta oleh seorang penelepon misterius sebagai injecter pengawas yang sengaja diminta tidak masuk, sehingga sang teman bisa langsung mengerjakan soal dan membagikan jawaban ke siswa. Ini hanya salah satu kasus sebagai share kita. thanks n regards
😀 , kalo waktu di Jr Mangu gimana ya?
akan sulit buat temukan sesuatu yang tidak bernoda sekarang…
bawa masker yuk kemana mana supaya muka ga ikut kena kontaminasi!
yach pendidikan di negeri kita terancam keterpurukan nilai norma penddikan, mari guru bersatu bangkitkan semangat juang menjadikan pelajar indonesia yang terpelajar