Mulai hari ini, kami sedarah. Semalam, darahnya mengalir ke tubuhku. Aku merasakan sakit tak terkira, ketika jarum itu menelusup ke bagian dalam lengan kulitku. Pun sesaat setelahnya, pedih itu masih tersisa. Kukira tubuhku bereaksi atas benda asing yang mulai merambahi sel-sel tubuhku. Untuk beberapa saat, aku tak bisa lagi merasakan bahwa tanganku ada. Aku mati rasa. Namun, pergolakan itu tak bertahan lama, tubuhku menerima darahnya. Tubuhku pasrah atas kehendak yang di Atas, pasrah akan keyakinan yang kami jelaskan sebagai “soulmate”. Karena telah tertitah sebelumnya bahwa kamu akan berbagi, menerima dan memberi dengan pasangan jiwamu. Dan sekarang, inilah aku. Sel sel tubuhku dialiri oleh darahnya dan darahku. Mereka membaur, sehingga tak lagi bisa kamu bedakan mana darahku dan mana darahnya. Karena begitulah pasangan jiwa diciptakan, mereka adalah satu adanya.