Kanonskogelboom

Pagi-pagi sekali pasangan hati sudah mengirimkan foto di atas, yang diambil dari Siantar Hotel, tempatnya menginap selama seminggu ke depan.  He knows well my passion for plants and trees. Dan aku yakin, tatkala melihat foto di atas, adekku dan mbakku akan segera membayangkan sebuah tempat di Kebun Raya Purwodadi di mana  pohon ini dengan gagahnya menjulang tinggi ke angkasa.

Kanonskogelboom aka Couroupita guianensis aka Pohon Sala adalah pohon dengan buah mirip canon ball. It is the size and appearance of the fruits that have given to the tree its name. Dengan ketinggian yang bisa mencapai 25 meter, pohon yang berasal dari daerah tropis di timur laut Amerika Selatan ini, memang terlihat gagah.

Sekilas, bunganya mirip dengan angrek, tentu dengan aroma yang khas. Aku masih bisa mengingat jelas aroma bunga ini. Berbeda dengan bunganya, buah dari Couroupita guianensis cenderung berbau tak sedap. Bunganya pun muncul di cabang-cabang pohon yang tampak meliuk tak beraturan. Umumnya bunga ini akan muncul di bagian bawah batang pohon.

Lengkap sudah karateristik unik Couroupita guianensis. Batang utamanya yang kokoh menjulang tinggi dan mahkota bunganya yang indah membuat pohon ini menjadi perpaduan yang menarik antara stregth dan beauty.

Selain di hutan-hutan tropis di Amerika selatan pun di Indonesia, Couroupita guianensis tampak tumbuh subur di India. Di negara tersebut, pohon ini sudah dikenal sekitar dua atau tiga abad yang lalu.  Sebagaimana pohon Bodhi, Couroupita guianensis memiliki tempat tersendiri bagi umat Hindu. Bahkan di India, tiap etnis memberikan penamaan khusus bagi pohon ini. Setidaknya ada tiga julukan bagi Couroupita guianensis , yakni, Shiv Kamal, Nagalingam dan Nagkeshar. Bagi umat hindu di India, pohon ini cukup memiliki nilai magis. Lihat saja bentuk mahkota bunganya yang mirip bagian atas kepala naga, binatang yang mereka keramatkan.  Sedemikian pentingnya pohon ini, sehingga dia menghiasi kuil shiva dan kuil-kuil lain di India. Tak ayal, Kebun Raya Bali memiliki koleksi Couroupita guianensis cukup banyak, dibandingkan dengan kebun raya lain di Indonesia.

Lalu, mengapa pohon ini sampai di Siantar Hotel, Pematang Siantar, Sumut? Apakah ini terkait dengan keberadaan etnis India yang cukup banyak di Sumatera Utara? Ataukah seorang Belanda, atau Jerman yang berhasil membawanya ke kota ini? Entahlah. I guess it’s now your job, Abango, to find out! Btw, the trees are used as remedy to stomach aches too. So kalo pas lagi jauh dari adeknya gini, dan tiba-tiba sakit perut menyerang, ingat pohon ini ya? Jangan sampai kejadian di Palangka Raya terulang di Siantar 😀