Banyak pula yang ingin kutuang setiap saatnya dalam kata-kata selama seminggu ini.
Berawal dari kenekatan kami berempat – Aku, Mbak Vera, Mas Wayan dan Bang Iyes – untuk kabur dari kantor dan pergi ke Ciamis.
Beberapa lokasi wisata kami kunjungi, namun satu hal yang membuatku teramat sangat kagum, yakni ketika kami sampai di GREEN CANYON (Cijulang Tanah) – Ciamis, tempat yang selama ini hanya sempat kuimpikan dan baru sebatas wacana (kubaca di Intisari halaman Lang-lang).
Profil sungai begitu indah, hasil kikisan (erosi) memberi bentuk pada bebatuan di sungai itu, pun deposisi (pengendapan) di hilir ssungai.
Rupanya Mas Iip yang mengantarkan kami menuju hulu sungai dengan perahunya itu cukup meyakinkan kami untuk melanjutkan perjalanan dengan berenang dan memanjat tebing batu. Keindahannya telah memaksaku untuk nekat pergi, meski aku tak bisa berenang sekalipun, hanya berbekal sebuah ban aku nekat ikutan pergi. Kudengar sungai ini begitu dalam lebih dari 6 meter katanya.
Kami berenang melawan arus. Yang kutau disana ada taman bunga dan gua yang penuh stalaktit dan stalagmit disana, sayang kami tiba di Green Canyon sudah pukul 12 siang, tak mungkin melakukan perjalanan terlalu jauh. Kami hanya sempat melihat Mushroom Rock, batu besar menyerupai jamur yang bergantung di dinding tebing dimana Bang Iyes dan Mas Wayan sempat terjun ke sungai dari atas batu itu, sayang lompatannya tidak begitu bagus untuk menjadikan mereka atlet lompat indah. Sempat pula kami mengunjungi Kolam Putri yang berada diatas aliran sungai, yang untuk mencapainya kami harus memanjat dinding batu. Konon kolam itu tempat para bidadari mandi, konon pula berkhasiat membuat mereka yang sempat mandi disitu terlihat awet muda…ahh aku serasa baru berumur 17 tahun saja setelah mandi di sana :).
Sempat terekam oleh mataku banyak stalaktit menggantung di atap tebing. Sepertinya di bagian atas sana terdapat batu kapur yang kemudian diresapi oleh air hujan yang banyak mengandung asam arang. Batu kapur yang larut dalam bentuk larutan air kapur itu meresap ke dinding-dinding tebing dan jatuh ke sungai. Ditempat tetesan itu lepas dari atap tebing yang menjorok menyerupai atap, terbentuklah endapan kapur, dan proses kimiawi yang berlangsung ratusan tahun itu telah membentuk stalaktit yang begitu indah. Sempat pula aku bersyukur, pun aku teramat kagum oleh ciptaannya, terlebih denganNya.
Kami merasa sangat beruntung karena Mas Iip yang mengantarkan kami, bukan yang lain, kami telah memilih perahu yang tepat. Karena kulihat disana rupanya para pengantar hanya mengantarkan sampai ke mulut sungai yang dipenuhi bebatuan itu dan hanya menunggui penumpang perahunya beberapa saat lantas mengantarkannya kembali ke pangkalan.
Tak terasa 3 jam sudah perjalanan kami. We were so excited.