Micth Albom kukenal dari bukunya ‘Five People You Meet in Heaven’ – buku yang tak lagi mendiami rak bukuku. Kenapa Mitch Albom? Aku suka ide, alur cerita flash back, dan magical moments-nya yang selalu berhasil menyentuh hatiku. Sebulan yang lalu, dia membawaku kembali menikmati moment itu dalam ‘For One More Day‘, sebuah buku ber-hardcover merah yang kuhabiskan diantara malam-malam panjangku akibat jam biologisku yang sedikit kacau.
Membaca buku ini, akan memunculkan sebuah pertanyaan, “Andaikan kamu memiliki kesempatan, hanya satu kesempatan, untuk kembali dan memperbaiki suatu kesalahan dalam hidupmu, apakah kamu akan mengambilnya? Andaikan jawabanmu adalah ‘ya’ Apakah kau cukup berbesar hati untuk mengahadapinya?”
Waktu tidak berputar terbalik. Tak seorangpun memiliki kuasa mengembalikan hari-hari yang telah lalu.
Seperti dikedua bukunya terdahulu, ‘For One More Day’ menyimpan kisah kematian. Kisah kematian Morrie dalam ‘Tuesdays with Morrie’ dan Eddy dalam ‘Five People You Meet in Heaven’. Kali ini, kisah kematian Paulina, wanita yang melahirkan dan menyayangi Charles Benetto tanpa syarat.
Cerita hidup Charles Benetto ini dikisahkan oleh seorang wartawati yang hendak menulis kisah hidup mantan atlet baseball kenamaan yang berulang kali melakukan percobaan bunuh diri, karena sebuah rasa penyesalan yang menghantui sepanjang hidupnya. Namun arwah ibunya menyelamatkannya.
“This is a story about a family and there is a ghost involved. You might call it a ghost story. But every family is a ghost story. The dead sit at out tables long after they have gone”
Charley, seorang pengangguran, pemabuk yang merasa hidupnya sebagai suatu kesia-siaan. Istrinya pergi meninggalkannya. Anak semata wayangnya -Maria- merasa malu mengakui sebagai ayah. Di saat-saat seorang ayah akan merasa bangga mengiring anak gadisnya melepas masa lajang, Charley hanya bisa merenung dalam penyesalan, setelah menerima foto dan sebuah surat dari Maria yang menceritakan bagaimana pesta perkawinannya berlangsung.
Keputusasaan telah membawanya kepada rekaman hidup panjang yang dipenuhi dengan percobaan-percobaan bunuh diri. Hingga tibalah suatu keajaiban dimana waktu secara menakjubkan telah membawanya kembali ke masa lampau.
“Ask yourself this: Have you ever lost someone you love and wanted one more conversation, one more chance to make up for the time when you thought they would be” here forever? If so, then you know you can go your life collecting days and none will outweigh the one you wish you had back. What if you got it back?”
Berawal dari sebuah tabrakan yang membuat Charley harus menyusuri sebuah jalan panjang dengan sepasang kakinya. Hingga suatu sore saat hujan telah reda, sampailah ia di Pepperville Beach, kota yang dicirikan dengan tegaknya water tower di salah satu bagian kota. Mungkin lebih mirip Cikampek.
Saat menaiki dan meraih puncak water tower, Charley pun terjatuh, magical journey begins …
“When I open my eyes I was surrounded by fallen pieces of the tree. Stones pressed into my stomach and chest. I lifted my chin and this is what I saw: the baseball field of my youth, coming into the morning light, the two dugouts, the pitcher’s mound and my mother, who had been dead for years”
Buku yang bercerita tentang penggalan-penggalan kisah Charley ini akan membuatmu ingin memeluk ibumu, meminta maaf padanya dan membisikan kata-kata ‘Aku sayang Mama‘.
Boleh juga kalo ada kesempatan kaya gitu, cuma kadang susah dapetnya 😀
Sekarang aku lagi baca bukunya….
Entah kenapa aku selalu tertarik dengan buku karya mitch albom. Sampai sekarang aku sudah mengoleksi 3.
FIve People You Meet in Heaven
Tuesday With Morrie
For One More Day
Semuanya TOPBGT
Untuk For One More Day, sungguh2 membuka apa selama ini kulakukan pada ibuku juga. Karena mungkin masa kecilku mirip dengan masa kecil Charley….
Sampai aku menulis disini aku belum selesai membacanya, tapi buku ini sekarang ada di pangkuanku.