Ada sesuatu yang luar biasa akhir minggu ini, berawal dari rehat rapat disusul dengan ide cemerlang untuk menambah dua hari kebersamaan kami, anak2 DMO. Ternyata 5 hari seminggupun tidak cukup buat kami bertemu. Acara yang dimulai dengan seriously fun berakhir dengan seriously desperate. But overall we did enjoy the two days trip. Thanks guys the trip will not be so enjoyable without you.
Ok let me start by looking back on friday evening when we were about to leave.”Selalu Inget rule of tumb dalam teori portofolio. Dont put your money into one basket”. Demikian kira2 pesan salah seorang bos yang kuatir perjalanan kami akan berdampak pada berkurangnya pegawai. Kami segera mendefinisikannya demikian “So try not put your self into one basket.” Tapi kami kan bukan telor, kami ini anak-anak ayam yang merasa bebas tanpa induk ayam.
“It’s too risky”, pendapat salah seorang rekan. Jadi kami harus membuat strategi? pikirku. Ah as long as risikonya sesuai dg appetite kami dan dari segi compliance kami tidak menyalahi aturan, the trip will be surely safe. Ini bukan petualangan, hanya holiday institute.
Pagi-pagi sekali kami berangkat. Dengan asumsi perjalanan Jakarta “ PLTA Ubrug kira-kira 3 jam, kami menjadwalkan pukul 5.15 WIB harus sudah berkumpul di meeting point depan UKI. Ternyata perkiraan kami salah. Perjalanan dari Jakarta hingga meeting point Cherokee Adventure hanya ditempuh dalam 2 jam 15 menit. Selanjutnya kami menunggu team lain hingga pukul 09.15 kami siap menuju starting point dengan angkot, melalui perkampungan di pinggiran Sungat Citatih. Setelah semua perlengkapan siap, foto session pun dimulai. Kami sadar sepanjang perjalanan nanti akan sulit sekali untuk mengambil foto. Pukul 10.00 WIB, perahu karet kami naiki dan permainan di atas arus liar pun dimulai.
Kira-kira ada 20 jeram yang harus kami lewati, dan 4 diantaranya cukup menggetarkan. Debit air masih di atas normal. Namun cuaca pagi itu sangat perfect. Satu persatu jeram Sungai Citatih – yang gradenya sedikit lebih tinggi dibanding dengan Citarik – kami arungi. Bagiku ini pengalaman kedua setelah setahun yang lalu menyusuri Sungai Maiting di daerah Sulawesi Selatan.
Pada saat sungai mulai tenang tak beriak, kami semua terjun ke dalam air kecoklatan tanpa ada perasaan risih. Kedalaman 4 meterpun tak kami hiraukan. Kami percaya pelampung di tubuh kami tak kan membiarkan kami tertelan air sungai.
Kira2 menjelang pukul satu siang sampailah kami si Desa Leuwilalay, tujuan akhir perahu karet kami. Tak jauh dari sungai, sebuah saung di tengah-tengah sawah dilengkapi dengan ruang mandi dan ganti serta beberapa tukang pijat telah menunggu. Nasi timbel dan kelapa muda menjadi menu santap siang kami. Ahh serasa di sorga.
Tak jauh dari tempat kami makan, kulihat tiga anak kecil mencari sesuatu diantara jerami-jerami yang dikeringkan. Merasa terusik dengan keingintahuanku, kudatangi mereka. Akupun ikut membalik-balikkan tumpukan jerami. Beberapa jamur berwarna putih tampak tumbuh disela-sela jerami yang masih lembab. Di ujung, Sungai Cimandiri masih deras dilimpahi air dari hulu Sungai Citatih. Dan jauh disana, perbukitan nampak indah. Di sini aku berdiri, di antara sawah-sawah hijau, di atas bumi yang terberkati.
Aha, perjalanan yang menyenangkan, akhirnya dikau bercerita panjang lebar disini, yuhu…have a nice trip..:) adventurer…
sungguh bahagia nya dikau!bersyukurlah.jika saudara tau tidak jauh dari kampung kelahiranku ini””ubrug”ada suatu kampung namanya cisuba waw ini tempat favoritku.