Apakah lelaki memiliki hati dan emosi?
Buku tentang pencarian atas sebuah jawaban di masa silam ini akan menyajikan kepada kita bahwa kegelisahan, kepedihan dan larutan emosi tidak hanya menjadi dominasi kaum perempuan.
De Passievrucht, Buku yang telah selesai kubaca beberapa bulan lalu ini sebenarnya cukup menarik untuk dibaca meskipun isinya kadang terasa vulgar. Tak banyak mengumbar metafor, jadinya aku gak yakin juga dikau akan suka buku ini Vir, mengingat Matahari di atas Gili yang sarat dengan metafora nan indah dan berlimpah bahasa nan elegan, tak mampu mengusik hatimu.
Kisah ini sempat menggugah memoriku akan tempat-tempat di Negeri Kincir Angin yang tak besar itu. Stavoren,Wadden zee, Enkhuizen, Ijselmeer, Pulau Ameland semuanya masih segar dalam ingatanku.
Anyway, tersebutlah Armin seorang lelaki yang divonis dokter menderita kelainan Klinefelter, kelainan pada kromosom kelamin, bawaan lahir yang dapat berdampak pada kemandulan.
Mestinya masalah yang tak mudah ini takkan bertambah berat kalau ‘Bo’-bocah berusia 13 tahun yang selama ini dianggap sebagai anak kandungnya- tak hadir dalam hidup Armin. Beban ini terasa kian bertambah, tatkala kunci atas pertanyaan “Siapa sebenarnya ayah Bo” telah meninggal kala Bo masih berusia 3 tahun. Ya, Monika, pasangan hidup Armin yang cantik yang entah dengan sengaja atau tidak , telah berselingkuh.T
ragedi ini takkan pernah terungkap kalau saja Armin, yang mendambakan seorang anak dari kekasih barunya Ellen yang juga sahabat dekat Monika, memeriksakan dirinya ke dokter. Guratan wajah Bo yang hampir serupa dengan Armin takkan pernah memunculkan dugaan perselingkuhan Monika di masa silam.
Pencarian demi pencarianpun dijalani. Satu persatu, mereka yang pernah dekat dengan Monikapun menjadi sasaran. Gelisah, putus asa, perasaan curiga membuat Armin semakin tak keruan. Namun dia terus mencari jawaban. Putus asa itu lebih berbahaya dari pada seekor macan sekalipun.
“Jadi Bo bukanlah buah kasih di malam dingin di musim panas itu, di jok belakangan Renault 5 warna kuning”, pikiran ini menghantui Armin.
Jadi benarlah apa yang ditulis Kitab Apokrifa, Injil Filipus, sebagaimana kata-kata ini memenuhi ruang pikir Armin. “Anak-anak yang kelak dilahirkan seorang perempuan akan mirip kekasih ibunya. Jika kekasih itu suaminya, mirip dengan suaminya. Jika ia pemikat, mereka akan mirip pemikat.”Maka benar pula hasil survey yang menyebutkan bahwa kebanyakan orang akan secara sengaja mengatakan bahwa anak pertama dari pasangan yang mereka kunjungi di rumah sakit lebih mirip dengan ayahnya. Ini hanya upaya untuk memberikan perasaan tenang semata pada seorang lelaki yang baru beberapa saat menjadi ayah.
Kamu akan terkejut kala menjumpai bahwa jawaban atas semua pertanyaan itu adalah Mr. Minderhout, yang tak lain adalah ayah kandung Armin. Jadi hubungan Armin dan Bo meskipun sangat dekat secara biologis, tetap, bukanlah hubungan ayah dan anak. Proses penemuan atas jawaban pertanyaan itu memang tak terlalu dalam dikisahkan. Rupanya Karel Gastra Van Loon, sang penulis, lebih ingin mengeksploitasi proses kedukaan, keresahan, serta perasaan dikhianati dengan mengumbar emosi Armin yang sepertinya menjadi fokus dalam buku ini. Namun secara keseluruhan buku setebal 361 halaman , kupikir, layak untuk menjadi teman dikala sendiri.
layak menjadi teman dikala sendiri? wah bakal jadi temen seumur hidup buku ini nov!!!!