A Thousand Splendid Suns

Kenapa hidup harus terlalu menyakitkan bagi seorang Mariam, a tube rose, a lovely flower for which her father, Jalil, chose her name. Jalil khan memiliki 3 istri dan 9 anak, 9 legitimate children tepatnya, all of whom were strangers to Mariam. Bahkan dengan istri mudanya yang sedang hamil tua, Jalil akan mengaku bahwa dia memiliki 10 anak. Tentu saja Mariam tidak masuk dalam hitungan, karena Mariam hanyalah clumsy little harami.

Harami, Mariam mendengar kata itu pertama kalinya tanpa mengerti maknanya tatkala usianya baru menginjak 5 tahun. Namun ketika dia tumbuh dewasa, dia mulai memahami bahwa harami – bastard –means unwanted thing. Mariam was an illegitimate person who would never have legitimate claim to the things other people had, seperti cinta, keluarga, pengayoman dan pengakuan.

Namun perlakuan tak tulus Jalil yang mengunjunginya di daerah pinggiran Herat setiap hari kamis, membuat Mariam tidak merasa seperti harami. Semua hadiah, senyuman yang diberikan Jalil padanya membuatnya seperti ratu. Untuk alasan ini dia mencintai Jalil

Nana, Ibu Mariam awalnya hanyalah pembantu rumah tangga keluarga Jalil, hingga suatu saat perut Nana mulai membesar. Dikucilkanlah ia ke pinggiran kota dan tinggal disuatu tempat, kolba, a rathole. Nana seringkali mengungkapkan kekecewaan kekesalan atas perlakuan Jalil yang tak adil, namun tak pernah sekalipun ia menunjukkannya tatkala Jalil mengunjungi kolba-nya. “Dia bahkan tidak mengakui kita sebagai bagian dari keluarganya”, itu yang selalu diungkapkan Nana kepada Mariam

Di ulangtahunnya yang ke 15, tak ada lain yang sangat diinginkan Mariam selain pergi ke Herat bersama Jalil untuk menengok istananya, dan tinggal bersamanya. Dia ingin mendengar nama besar Jalil di kota ini sambil menunjuk satu persatu property Jalil yang berdiri megah di jalan-jalan di kota ini. Selama ini Mariam hanya mendengar Jalil mempunyai jaringan bioskop yang memutar film-film barat yang tak pernah sekalipun dinikmati oleh matanya.

Tepat di hari itu, tak sabar dia menunggui Jalil. Duduk, berdiri, menengok. Gunung keresahan tampak di raut mukanya. Namun Jalil tak kunjung tiba. Nana tampak murung. Berulang kali kata-kata Nana “Kalau kau pergi, aku akan mati. Dan kalau aku mati kamu akan sendiri. Kamu akan sendiri” berputar dikepalanya, bak rewind otomatis sebuah mesin perekam ciptaan Tuhan. Entah setan mana yang membawa Mariam nekat pergi ke Herat berjalan kaki.

Hati Mariam berdebar-debar taklala kakinya menapaki Herat. Jalil adalah orang terpandang di kota itu. Siapa yang tak kenal dia. Berbekal nama besar Jalil, sampailah dia di depan istana Jalil. Kekagumannya kian memuncak. Namun seorang gadis kecil yang muncul di depan pintu mengatakan Jalil sedang tidak berada dirumah, diapun tak membiarkan Mariam menikmati indahnya isi istana itu. Seorang yang mendiami rathole tak layak masuk istana. Malam itu, Marian tidur dihalaman di depan istana Jalil. Keinginannya bertemu Jalil masih kuat, hingga keesokan harinya seorang sopir memaksanya keluar. Sesaat sempat terlihat olehnya wajah seseorang dibalik kelambu-kelambu yang dengan tiba-tiba ditutup rapat. Seorang Bapak takkan membiarkan darah dagingnya tidur beralas tanah. Tidur beradu debu dan udara malam. Bahkan tidur di lubang tikuspun masih jauh dari layak.

Diapun pulang diantar sopir Jalil. Perasaan Mariam tak keruan, langkahnya gontai, pikirannya kembali ke kolba, a rathole, ke pohon willow-tempatnya mengadu kegundahan hati. Apa yang dikatakan Nana benar adanya.
Mariam membiarkan lelaki itu mendahuluinya menuju kolba. Kumbang-kumbang berdengung diantara bunga-bunga yang tumbuh liar. Tiba-tiba saja sopir itu sudah berdiri di depannya mencoba mendorong Mariam untuk berbalik arah.

Sayang, lelaki itu tak cukup gesit. Mariam terpaku : A gust of wind blew and parted the drooping branches of the weeping willow like a curtain., and Mariam caught a glimpse of what was beneath the tree: the straight-backed chair, overturned. The rope dropping from a high branch. Nana dangling at the end of it .

Kisah ini tidak berhenti sampai disini, penderitaan Mariam masih berlanjut. Semisal, perjodohan – yang dipaksakan oleh ketiga istri Jalil demi mendepak gadis muda ini dari istana Jalil -dengan seorang duda tua rekanan Jalil. Apakah kebahagiaan tidak ada dalam garis hidup Mariam? You’d better read this book your self. Merasakan kegetiran Mariam yang menyentuh perasaan kita terdalam, terutama Anda kaum wanita.

Oh ya, cerita di atas hanya bagian awal novel karya Khaled Hosseini. Dengan setting Afghanistan 30 puluh tahun terakhir. Dari masa pendudukan Soviet, masa kejayaan Taliban hingga post Taliban. Setting ini mirip dengan setting kisah Amir dan Hassan dalam buku Khaled Hosseini terdahulu. Kalau Anda menikmati alur cerita The Kite Runner, kupastikan Anda akan menikmati pula A Thousand Splendid Suns.

2 thoughts on “A Thousand Splendid Suns”

  1. Kelanjutannya? Menyedihkan El, ketika Mariam mulai memahami suaminya dan memperoleh semua perhatian dari suaminya karena kehamilannya, tiba-tiba saja dia keguguran. Semuanya berubah … dunia menjadi abu-abu lagi.
    So… jam 9 baru mulai gelap ya? El dikau di kota apa ya?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *