Sebagai penganut kalender gregorian, moment enam hari lalu adalah permulaan. Spesial? Bagiku, iya. Tapi ketika kami berkeliling Jakarta pada tanggal 1 Januari, banyak kami lihat manusia-manusia tampak menjalani hidup seperti hari-hari sebelumnya.
Malam tahun baru kemaren adekku dan keluarganya menghabiskan pergantian tahun di Kuta Bali. “Iya ada pesta kembang api disini, tapi yang nyalain para pengunjungnya” komentarnya sesaat setelah tahun 2008 kami tinggalkan.
“Fireworks di Sydney bagus loh”, kata partner yang belum pernah sekalipun merayakan tahun baru disana. Kalau melihat foto-foto di internet, yup akupun setuju, it could be one of the best cities for new year’s eve celebration.
Tahun lalu kami menghabiskan malam pergantian tahun di Marina Bay, Sg. Demi fireworks kami rela berdesak-desakkan. Tahun ini, fireworks cukup kami nikmati dari atas loteng rumah. Kulihat beberapa orang menengadah dari atas Masjid di depan rumah. Ahh andai aku bisa naik ke atas Masjid itu. Si ‘Anak Bungsu’ dari keluarga partner sibuk di halaman rumah menyaksikan langit Jakarta yang sedikit berawan segera dihiasi taburan cahaya cerah bertubi-tubi. Sesaat tapi indah.
Tahun baru identik dengan kembang api? Tidak selalu. Seorang teman mengirimkan pesan dari sebuah pulau kecil di Kalimantan Timur. “Selamat tahun baru ya. Tadi malam aku menyaksikan gugusan bintang di Pulau Derawan …”
Seorang sahabat di Bogor berkisah,” Buat persiapan pergantian tahun kami semua udah beli terompet, tapi sayang disayang terompet hanya menggantung saja. Anak-anak hanya kuat sampai jam 11 malam walaupun pas beli terompet udah yakin pasti bisa bertahan sampai pergantian tahun buat tiup terompet” Akhirnya temankupun menghabiskan malam itu hanya berdua dengan suaminya. Malam yang indah.
Temanku yang lain terbaring lemas, sakit kuning yang dideritanya memaksanya untuk tidak beranjak dari tempat tidur. Iya, hidup kadang tidak adil.
Titik di Malang mengirimkan pesan singkat “Merry X’mas and Happy New Year”. Ntahlah apa yang sedang berkecamuk di kepalanya. Anyway, happy new year too, Tik.
Aku sendiri? Tak ada pesta meriah, tak ada desakan dari lautan manusia, tak ada tiupan terompet, tak ada segelas champagne dan tak ada teriakan-teriakan yang membahana. Tahun ini kami cukup berdoa bersama. Berharap semua keindahan, semua kebaikan dan kedamaian boleh di anugerahkan pada semua, manusia di bumi. Tapi, satu hal yang selalu aku percaya, Dia tidak menjanjikan langit selalu biru dan rumput yang selalu hijau. Penderitaan dan air mata akan selalu menyertai. Tatkala partner memimpin doa ditengah keluarga kecil itu, dalam hati aku menyisipkan kata-kata, “Kiranya Engkau memberi masing-masing kami kekuatan dan ketabahan serta perisai kebijaksanaan dalam menjalani hari-hari kami.”
Selamat tahun baru. Berkutat dimasa lalu adalah sia-sia, kita tak kan pernah mampu mengubah masa itu. Terlalu fokus ke masa yang akan datang hanya membuat kita meradang, ketakutan akan ketidakpastian akan segera menjelang. Jadi, selamat menjalani hari ini. Let’s live in the moment.
terjelaskan. kenapa ‘hari ini’, adalah (a) ‘present’.
Bonne Annee Neng Geulis.
Kemarin adalah sejarah, esok adalah misteri
hari ini adalah anugrah …
*Kungfu Panda *
Betul Say, gak perlu lagi ngabisin energi mikirin masa lalu. Yang present dan yang future kan sudah kayak perangko sama amplop, melekat di hati. Good luck Vie!
@Vira: Setiap detik yang dijalani adalah anugerah, kado terindah :). Selamat menikmati hari Vir!
@Akang: Merci Kang. Happy New Year too.
@Yudha: Salam kungfu panda Gin. Pasti film fave-nya Radya ya.
@Maria: Ummm yg bagian itu … I mean in general way Say. Masa lalu jangan dijadiin hantu, dijadiin guru aja :).
:D, SELAMATE TAHUN BARU Bu, sorryy tueeelat bgt,
btw wah pas tahun malem tahun baru aku msh di Wahidin Raya Bu 🙂
“Kiranya Engkau memberi masing-masing kami kekuatan dan ketabahan serta perisai kebijaksanaan dalam menjalani hari-hari kami.”
ngutip doanya ya… Amin… 🙂
@Nova: Koq dikau gak crita Mas di blog tentang tahun baruan di kantor demi Republik?
@Jeff: Doain aku juga boleh Jeff 🙂