Pukul 10.00 pagi selepas Bandara Polonia, kami menyusuri jalan Jamin Ginting yang ternyata cukup panjang, menuju sisi barat kota Medan. Sepanjang jalan itu, partner trekking mendongengiku kisah-kisah perjuangan, dari Jamin Ginting hingga Alex Kawilarang. Lagu Padamu Negeri serasa teraung-raung ditelinga, disela-sela perasaan bersalah tidak ikut mencontreng. Namun keputusan melakukan perjalanan ke Sumatera Utara dan menjadi golput dalam pemilu kali ini ternyata tepat. Tidak terdaftarnya aku dalam DPT membuat feeling guilty sedikit teredam.
Perjalanan menuju Berastagi cukup lancar, sesekali iring-iringan mobil mulai merambat lambat, menaiki perbukitan. Siang pukul 12.00 tibalah kami di Berastagi, sebuah kecamatan di Kabupaten Karo. Setelah makan siang, kami sempatkan melihat untuk sesaat, Pajak (pasar.red) Buah Berastagi. Sebuah plang bertuliskan “cuci kereta” sempat menarik perhatianku. Perjalananpun berlanjut setelah sesi foto di tugu Perjuangan 45 yang menjadi salah satu landmark kota, kami lakukan.
Setelah bergerak kira-kira 10 km arah selatan Berastagi, sampailah kami di Kabanjahe. Kami tidak berhenti di sini. Kami cukup puas melihat pemandangan gunung Sibayak dan Gunung Sinabung dari atas mobil. Pedangan buah-buahan dikanan kiri jalan ikut memeriahkan perjalanan kami siang itu. Tak lupa satu sisir pisang menemani kami melaju menuju Tongging, dimana air terjung Sipiso-piso berada.
Tiba di Kecamatan Merek, kami memasuki jalan kecil menuju Sipiso-piso dan Desa Tongging. Hati mulai berdebar. Akhirnya sesaat lagi Danau Toba tampak oleh mataku. Inilah sisi pertama danau Toba yang akan kami nikmati dalam 3 hari ini.
Tampak dari atas, Desa ini bak negeri dongeng, terhampar indah di lembah hijau, dihiasi danau luas nan tenang. Namun tatkala mobil kami mulai memasuki area desa, rasa sepi mulai merasuk. Pasti geliatnya yang tak selincah Tomok atau desa-desa lain di Samosir, membuat desa ini tak terlalu ramai dikunjungi wisatawan asing. Atau sarana transportasi yang kurang mendukung membuat keelokan Desa Togging terpaksa terpendam. Namun tidak demikian halnya dengan air terjun Sipiso-piso yang kala itu ramai pengunjung yang datang meskipun tuk sesaat.
Pemandangan perbukitan di Tongging, yang mirip bukit-bukit di Scotland, segera tergantikan dengan pemandangan ladang sayuran dan buah-buahan, disela-selanya perkebunan kopi rakyat membuat ruang pandang kami cukup hijau. Beberapa kali mobil harus memperlambat lajunya demi anjing-anjing dan ayam-ayam kampung yang sepertinya terbiasa dengan jalan yang lengang, sehingga membuat mereka bersantai ria di atas aspal jalan.
Perjalanan Tongging menuju Parapat, melalui Silimakuta, Pematangpurba, dan Dolokpardamean menghabiskan waktu kurang dari dua jam. Tiba di Ajibata, antrian mobil telah menunggu. Kami sangat beruntung, feri masih bisa menampung mobil kami untuk penyeberangan pukul 17.45. Pelabuhan yang tak besar ini cukup dipadati mobil-mobil yang siap untuk diseberangkan. Cara yang mereka gunakanpun cukup sederhana. Setelah mengitung jumlah mobil yang telah disesuaikan dengan kapasitas feri, pintu gerbang untuk keluar masuk pelabuhan-pun segera ditutup. Petugas segera meneriakkan nomor-nomor plat mobil, sebagai pertanda pemilik mobil agar segera membayar di loket. 95 Ribu untuk satu kali penyeberangan Ajibata menuju Tomok yang hanya memakan waktu kurang lebih 1 jam. Dengan fasilitas di atas feri yang sangat terbatas, tak banyak yang bisa kami lakukan selain tidur di mobil sambil memutar kembali lukisan-lukisan alam yang telah menyuguhi hari kami dengan keindahan.
Hujanpun turut menyambut, tatkala feri merapat di Tomok. Mata yang masih awas, mencari plang hotel diantara derasnya hujan. Sesaat kemudian, mobil kami telah berada di area parkir Hotel Tabo di kawasan Tuk-Tuk Siadong, dan Ito’ Jerman-pun menyambut kami.
Tak lama berselang, malampun segera meraih kami ke dalam pelukannya.
o.em.ji.. poto2 membuatku orgasme mata
@Ery: Kalo suhunya yang bilang begitu, aku malah jadi gak pede. Rasanya belum apa-apa dibanding dengan foto-foto di West Lampung Ry.
Hi.
Minta bertanya, saya mau ke medan, mau ikut acara kamu, dari medan-berastagi-parapat-medan dalam jangka 4hari. Bisa kalau saya mau contact number travel agent nya?
Novi,
Thank you so much for this valuable information. I’m about to do this same trip at the end of the month and your journal is very helpful.
I’d love to ask for extra tips if you have time.
Thanks again,
Anna
@Farhana: Kami menyewa mobil, sehingga jadwal kami lebih fleksibel, karena setiap ada spot yg menarik aku selalu menyediakan waktu untuk mengambil foto. Untuk rute itinerary-nya bisa mencontoh rute kami, dari sisi waktu sangat relaxing.
@Anna: Dear Anna, you’re welcome to drop me a message. I’d love to share with you.