Do you think parents should be banned first-hand? Demikian kira-kira sebuah lontaran kalimat di salah satu facebooker yang segera direspon dengan beragam jawaban.
Salah satu facebooker yang tidak setuju berkomentar, andai yang dimaksud adalah menutup kemungkinan orang tua kita untuk mengakses profile kita, then itu sepenuhnya adalah pilihan kita. Namun apabila yang dimaksud di sini adalah melarang sama sekali orang tua kita untuk join facebook, tentu ini tindakan yang egois.
Salah satu orang tua malah membela diri, “ Parents and Grandparents Unite! All my children added me as a friend, and they also added their grandmother. It’s a great way to stay in touch after they leave for college too. … ”.
Yang lain justru berpedapat “It’s just that I don’t feel comfortable having someone peeking on my profile every once in a while to check what comments I’ve made or what groups I’ve joined.”
Your parents are just being police grammar or simply invade your privacy. Begitu kira-kira pendapat sebagian besar mereka yang setuju untuk melarang orang tua mereka.
Mungkin aku takkan se-ekstrem itu. Selain Papa Mamaku yang gak internet addict, aku sendiri mungkin seminggu bahkan dua minggu sekali login ke facebook sekedar untuk approve teman-teman yang sempat add aku.
Bahkan sebuah website http://myparentsjoinedfacebook.com/ mencantumkan kelucuan-kelucuan yang terjadi kala orang tua mulai ikut-ikutan posting di wall. Lihat percakapan dibawah ini yang kupikir cukup mengocok perut.
source: http://myparentsjoinedfacebook.com/
Seorang teman juga pernah berkisah tentang mamanya yang tiba-tiba menelpon sambil marah-marah ke adeknya di siang bolong. Alasannya simple, si adek pamitan untuk kuliah, namun sejam berselang, status facebooknya tiba-tiba berubah, mengindikasikan bahwa dia sedang menunggu teman-temannya di sebuah mall dibilangan Jakarta Barat. Sejak saat itu mamanya tak lagi masuk dalam list of friends di facebook si adek.
Hal seperti ini takkan pernah terjadi padaku, Papa Mamaku tak punya account di facebook. Tapi setidaknya kesalahpahaman akibat sebuah comment di facebook-pun pernah terjadi. My Mom was being lebay … 😉
Mama disatu kesempatan mengeluhkan commentku atas sebuah foto kami berdua di facebook. Melalui facebook account milik adekku, mamaku mengakses foto-foto yang tersedia di halaman itu.
“Iya, jadi makin yakin ya kalo aku adalah anak kandungnya”, begitu kira-kira commentku yang terlontar sebagai jawaban atas penyataan salah seorang teman yang mengomentari kemiripan kami.
“Sejak kapan Novi meragukan kalau mama ini adalah mama kandungnya?” Mamaku mulai melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang tak masuk akal, ke Papa pun Adekku.
Tak ayal suamipun kena getahnya. Saking seringnya dia berkelakar ke Mamaku tentang kemungkinan tertukarnya bayi-bayi di rumah sakit, mengingat beberapa saat lalu penculikan bayi di rumah sakit yang cukup marak, yang mungkin juga terjadi padaku, Mamaku meradang.
Alih-alih menenangkanku yang cukup dibuat bingung mengatasi kesewotan Mama, suamiku malah melontarkan ide untuk melakukan test DNA. “Test DNA aja Dek, biar makin yakin” Katchau dehhh. Facebook oh facebook.
Abis cukup lama hidup terlalu serius :), aku mendadak ketawa sendirian baca entry blog yang ini :).
Punya seorang Mama yang sensi memang harus ekstra hati2 :).
Haha, hopefully she never reads this entry ;).