Makassar – Rantepao

Pesawat kami mendarat di Bandara Hassanudin pukul 19.00 WIB. Berdasarkan info yang kami terima, kami harus mengambil taxi bandara ke Terminal Daya dengan tarif fixed price untuk area I sebesar Rp 65.000. Di Terminal Daya, kami diingatkan untuk berhati-hati dengan tas kami. Para calo bus akan berebut penumpang. Berdasarkan arahan Pak Sopir Taxi, kami cukup mengatakan ’Kami sudah booked Bus Litha ke Tator’ untuk membuat orang-orang itu tidak lagi mengerubungiku.

Bus Litha berangkat ke Tator dari Terminal Daya pukul 20.00 WIB (non AC) dan 22.00 WIB (AC). Tapi rupanya rute ke Tator pada hari Sabtu cukup padat, jadilah kami naik bus Segeri Indah dengan tariff Rp 50.000 non AC, karena tak ada lagi kursi tersisa di Bus Litha.

Tapi kalau boleh kusarankan, jauh hari bookinglah dulu tempat di Bus Litha dengan no telp 0411442263. Anda akan mendapatkan tempat duduk yang lega dan ber AC, supir yang berhati-hati dan harga yang cukup reasonable Rp 55.000.

Pemandangan sepanjang Makassar – Rantepao cukup menarik. Sebelum melewati kota Pare Pare, pemandangan pantai tampak mendominasi sisi kiriku. Tak terbayangkan perasaanku saat itu, excited. Scorpius menemaniku sepanjang jalan. Sinar merah Antares bak mata kucing bergelantung dileher sang kalajengking. Disampingnya constelasi Sagitarius yang mulai bersinar di bulan Agustus seiring tenggelamnya Scorpius.

Kebiasaanku tidur nyenyak dimanapun aku berada membawaku terlelap selama 5 jam di atas bus yang melaju cukup mengerikan.

Pagi-pagi aku dibangunkan oleh suara tepukan tangan. Merasa kaget, aku menoleh ke belakang. Rupanya, beginilah cara orang Tator memberi tanda sopir bus untuk turun. Jauh berbeda dengan cara orang Jakarta yang suka mengetok atap bus keras-keras. Tak kalah unik, beberapa sopir disini akan mengantar Anda ke tujuan akhir meskipun tempat itu tidak berada di jalur yang seharusnya dilalui. Asal tempat itu tidak terlalu jauh dan Anda bersedia diantarkan. Tanpa biaya tambahan tentunya. Kulihat beberapa kali bus yang kami tumpangi berbelok melalui gang-gang kecil.

Penumpang di bus sepertinya saling mengenal satu sama lain, mereka selalu bercakap-cakap dengan sopir ataupun penumpang yang lain. Mereka berbicara dalam bahasa daerah yang aku tak mengerti, namun beberapa kali kudengar mereka berteriak ’astagae’ sambil kemudian tertawa, merasa geli mendengar hal itu akupun ikut ketawa tanpa tau apa maksudnya.

Sampai di Rantepao sekitar pukul 05.00 WIB, Pak Sopir mengantar kami sampai pintu masuk ke penginapan yang telah kami booking. Entah sengaja atau tidak, mereka telah membangun image masyarakat Tator yang ramah.

1 thought on “Makassar – Rantepao”

  1. Tulisan yang bagus bangat Nov….aku jadi ikut ketawa dikursi kerjaku saat baca tulisan ini ha ha pasti seru yah…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *