“Wontenipun namung kamar ingkang mboten ngangge AC, kamar mandinipun datheng njawi” (yang ada hanya kamar non AC dengan toilet diluar), begitu jawab Pak Joko via telp ketika aku mencoba reserve kamar dari Jakarta. Kamar tak ber-AC tak masalah. Kamarkan cuma buat tidur, aku pasti akan banyak menghabiskan waktu berjalan-jalan dipulau pikirku, seraya mengiyakan reservasi kamar berikut paket perjalanan.
Dugaanku untuk berjalan-jalan di pulau sembari menunggu saat tidur tibaternyata salah besar. Euphoria selesai Kapal Motor Cepat Kartini merapat dipelabuhan Karimun Jawa sirna begitu saja tatkala kami dibawa sebuah mobil carry ke satu pelabuhan disisi lain pulau. Masih terngiang perjalanan di atas kapal cepat yang mengocok isi perutku harpir 3.5 jam lamanya. Lalu … siksaan apalagi ini? Apakah demi melihat sorga orang mesti sengsara?
Ah ternyata hanya 5 menit perjalanan dengan kapal motor nelayan sampailah kami di Wisma Apung, deretan kamar kayu yang kokoh berdiri di atas karang yang sama sekali tidak attached ke satu pulaupun. Kami dikelilingi air. Daratan hanya bisa ditempuh dengan perahu, atau kalau berani nekad, berenang diantara karang dan bulu babi bisa mengantar kami ke pulau terdekat, P.Menjangan Besar.
Lantas apa yang bisa kami lakukan disini kalau jadwal trip ke pulau sedang tidak ada? Awalnya kupikir pagi dan malam hari akan sangat membosankan. Lagi-lagi aku salah. Ini saatnya mengeksplore sisi lain Putut dan Paulus, teman seperjalananku. Tak berhenti di sini, kamipun mengeksplore hingga kamar-kamar sebelah.
Tersebutlah dua keluarga dari Jakarta dengan masing-masing dua anak, menjadi akrab dengan kami. Ini efek intensitas pertemuan yang tak terelakkan. Pak Gunawan, seorang advokat yang ramah beserta istrima yang dosen kedokteran Untar menyapa kami terlebih dahulu. Ariel anak pertamanya yang gemar fotografi selalu mengalungi Canon D400. Clements calon dokter yang gentle dan penolong sedari hari pertama telah menghiasi dua jarinya dengan tensoplast akibat taring-taring hiu yang mencoba meraih ikan dari tangannya.
Adalagi pasangan Ari dan Bhakti yang berdomisili di Depok yang selalu deperlengkapi dengan peta perjalanan. Dengan Ari yang aktif di milis jalan-jalan, aku asyik berdiskusi tentang trip-trip perjalanan yang mengasyikkan.
Pak Joko yang asli Magelang sesekali nimbrung ditengah-tengah obrolan kami, menambahi pengetahuan kami tentang pulau ini. Si Mbah Putri penunggu Wisma Apung, masih enak juga diajak ngobrol. Nenek Pak Joko yang berusia kurang lebih 65 tahun ini penduduk asli Karimun. Darinya kuperoleh cerita bahwa Pak Joko memberdayakan seluruh keluarganya untuk mengelola wisma ini. Betul-betul proyek padat karya.
Nah satu lagi, seorang lelaki tua lebih dari 70 tahunan, Kakek Pak Joko, yang penglihatan dan pendengarannya mulai terganggu. Bercakap-cakap dengannya membuat kami menemukan species ikan baru diperairan Karimun Jawa “I(h) KAN GAK NYAMBUNG”
In short, dalam 4 hari 3 malam, Kopi Kapal Api, Teh Sariwangi dan kacang garing menjadi saksi kehangatan yang tercipta di atas Wisma Apung.
😀 , uasssikk banget spt nya…
btw Dirimu sampe di lautan pas aku berada di awang2x….
oooh, dikunjungi berkali-kali gak ada posting baru, rupa-rupanya lagi membenahi muka yang kayanya berjerawat karena empat hari pagi siang malam, menunya kacang.
anyway, koq aku ngiri ya gak bisa jalan-jalan….
@Nova: aku melambaikan tanganku dari atas KMC Kartini Kang, kowe ndeleng ra?
@Vira: Hihi sambil membenahi kulit yang menggelap juga Vir, mirip anak seribu pulau. Sssttt kita praktikkan perjalanan astral saja yuk, kalau tubuh tidak bisa bergerak sebebas jiwa kita.
kacang garing ? sama dgn kacang goreng? 😀 jadi kangen sama kacang atom 🙂
fotonya kok cuma sedikit Vi?
Sama ama kacang asin El, tinggal dicelupin ke air laut :). El foto kutaruh di webshots tuh.
ora mung sing ana, sing manjing ajer. lintang sing abyor, wutah tumplek ngebaki langit marai pikiran nglambrang kelingan karo sing neng paran. wengi kang pungkasan aku ngalami kuwi. semiliring angin kan sembribit lan asin nglakokake prau wewayangan sing endah. neng emperaning wisma apung aku kelingan sing lagi sinau neng negara manca. nong, kapan kowe bali. dolan meneh, tak tunggu. awakke dhewe wus entuk kanca anyar.
@Asunekad: Wah bosomu apik tenan, iki mung tak temoni neng buku “ular-ular boso jawi” karo ndek Alkitab boso Jowo. Moco komenmu nggawe aku sadar, aku wong jowo sing ra ngerti boso jowo.
hiks Pak Joko sudah meninggal …
Wah, postingan yang menarik sekali. Saya ada rencana ke karimun beberapa bulan kedepan (nunggu keadaan laut tenang dulu), saya bisa minta info seputar Wisma Apung Pak Joko? kira2 itu satu rumah besar di tengah laut yang dibagi beberapa kamar atau bagaimana?. Termakasih sebelumnya, salam kenal..
mohon info harga tour untuk 30 orang keberangkatan tanggal 30/31 desember 2009 dari solo