Berbeda dengan trip to Belitung yang hanya menyinggahi 2 pulau kecil. P’Lengkuas dan P.Burung, perjalanan kali ini berhasil menyinggahi 5 pulau sekaligus, meskipun dua diantaranya hanya menelusuri garis pantai-nya.
Tersebutlah Pulau Karimun Jawa, tempat Kapal Motor Cepat Kartini berlabuh. Pulau yang mayoritas penduduknya adalah nelayanini terbilang cukup ramai. Mereka mendiami pesisir pulau yang didominasi oleh pegunungan. Beberapa bangunan tua masih difungsikan sebagai bangunan administrative pedesaan. Namun tak jarang bangunan mewah berlantai dua,yang salah satunya di beri tonggak “milik petinggi desa”, meramaikan landscape pulau ini. Di pulau yang terdiri atas satu kecamatan dan dua desa inilah nadi administratif pemerintahan kepulauan Karimun Jawa terletak.
Pulau Kedua di hari kedua, perjalanan kami adalah P.Menjangan Besar. Terletak bersebelahan dengan P. Karimun Jawa, pulau ini tambak jauh lebih kecil kalau dilihat di peta. Vegetasi yang banyak tumbuh di pinggir pantai adalah Bakau. Hamparan pasir putih dan gradasi air laut dari hijau muda, biru muda hingga biru tua memenuhi ruang pandangku. Tak jauh dari tambatan perahu, berdirilah bangunan kayu semi permanen tempat petani membudidayakan kerapu. Luntur sudah idealisme seorang teman yang tak mau menyentuh daging kerapu karena menurutnya demi menangkap kerapu, nelayan harus meletakkan bom diantara karang-karang. Memakannya berarti ikut merusak karang. Bagi kami tempat ini berarti mendayakan kerapu secara berbudi.
Di hari ketiga, tiga pulau sekaligus terlapaui. P.Cemara Besar, P.Cemara Kecil dan P.Menjangan Kecil. P. Cemara Besar, dari namanyapun sudah tertebak, pasti vegetasi cemara berkerumun di pulau ini. Sebelum perahu merapat di sisi utara P.Cemara Besar, kami menyempatkan snorkeling di kedalaman laut 2-3 meter. Tak banyak ikan di sini, tapi koral laut berbagai bentuk yang berwarna warni menyuguhi mata kami dengan keindahan dan membuat kami betah terapung di atas air.
Sesi berikutnya kuberi judul Narsisme di P.Cemara Besar. Di sesi ini keberadaan tripod sungguhlah berarti. Bagiku, melakukan perjalanan dengan rekan-rekan yang hobby fotografi menjadikan trip kali ini sungguh istimewa. Di pulau ini kami bermain komposisi. Namun kegembiraan sesaat berubah menjadi kegundahan kala perahu yang tertambat tergeser oleh ombak. Tempat kami mendarat yang semula hanya sedalam 60 cm, bergeser ke tempat dengan kedalaman 180 cm. Tinggiku yang Cuma 165 cm takkan mampu menyelamatkan kamera dan propertinya. Lagi-lagi Paulus datang sebagai dewa penolong. Tingginya yang di atas 180 cm, membuatku santai berenang ke arah perahu.
Tidak berbeda dengan aktifitas kami di P.Cemara Besar, di P.Cemara Kecil beberapa diantara kami yang masih belum puas snorkeling segera mencebur ke laut. Dengan kedalaman yang lebih dari 2 meter, terlihat banyak ikan disini. Tak lama kemudian perahupun melaju ke P.Menjangan Kecil. Tak banyak yang bisa kami lakukan di sini. Melihat kapal karam di dasar laut? Ahh, yang ini jelas bukan bagianku, bahkan di kolam renangpun aku belum bisa memanage tubuhku untuk berenang di dasar kolam.
Aktifitas hari itu kami tutup dengan mendaki perbukitan Karimun Jawa. Rasa lelah seakan terobati dengan pemandangan Sunset dari atas bukit. Meskipun pemandangan sunset yang tak sempurna, kami cukup puas bisa mencapai lanskap yang berbeda.
Liburan di P.Karimun Jawa kali ini kututup dengan perjalanan malam di atas bus ekonomi menuju Terminal Bungur Asih. Dan di atas roda yang melaju di kegelapan malam, aku sendirian mengenang keindahan dan kehangatan yang sempat singgah. Ah, kadang keindahan itu tidak bisa kita kuasai seterusnya.
aku hanya bisa membayangankan pulau2 yg kamu ceritakan di atas Vi 🙂
TOP
Kepulauan inilah yang saya ingin sekali dijelajahi …
*uh … Mbak Novi ini paling bisa bikin pengen jalan2*
Semua yang diciptakan adalah baik adanya
Semua yang dilihat adalah nyata bentuknya
semua yang didengar adalah merdu suaranya
dan akhirnya….
semua yang diceritakan adalah benar adanya
saya sendiri saksinya
Ely : Membayangkan saja sudah indah El, apalagi mendatanganinya, indahhh sekali.
@Yudha: Bandung – Semarang hanya sejengkal saja Gin :). Semarang ke Karimmun hanya sekedip mata.
@Asunekad: Kita menjadi saksi kasihNya yang memberi penghiburan buat hati kita yang selalu dahaga akan keindahan.
Mbak, bagi no travel agent nya dong. Tertarik bgt ke sana!
-ira_alde@yahoo.fr–
Thanx
@IRa: Tinggal telp Pak Joko saja, karena aku gak pake travel agent, as I wrote in my email to you. Oh ya, kalo jadi jalan ke sana, salam buat ikan-ikannya ya :).
Mba saya tertarik sekali setelah menbaca blog nya , dan berencana akan ke sana Liburan Natal dan Tahun Baru ,, Saya minta no Telpon Pak Joko , terima kasih
Mbak terimakasih atas cerita-cerita menarik, bolehkah saya menikmatinya secara langsung, so mohon infonya bagaimana caranya menikmati pulau karimunjawa..thanks before
kabar duka, kemaren sewaktu perjalanan ke karimun seorang petugas di kapal cerita kalo pak Joko yang punya rumah apung meninggal hari Rabu lalu, hmm tepatnya tanggal 5 november bliau terkena stroke dibawa kapal kecil ke jepara jam 11 malem trus di bawa kudus, tapi akhirnya meninggal dan dimakamkan di karimun