Judul tulisan ini mungkin lebih pas ditanyakan ke Vira dan Ahmad Syukaery yang baru saja menjabani likeness quiz di facebook tentang new year’s resolution. Bagaimana resolusi tahun baru itu menjadikan evolusi dalam hidup mereka? Entahlah, hanya waktu yang tahu. Lalu apa kaitannya dengan gambar di atas? Kadang korelasi tak perlu diciptakan hanya untuk kita bisa menikmati dan memaknai keindahan. Tapi gambar di atas jelas sekali menggambarkan evolution in time. Kisahnya demikian …
Kemaren seorang teman yang sedang mengisi waktu luangnya dengan kursus fotografi di Amsterdam menelponku. Lalu … temanku itu bercerita tentang tokoh ini. Manusia memang beruntung, kala hatinya sedang tidak menentu, banyak sekali yang bisa dijadikan pelarian. Sebulan lalu, aku hampir memutuskan untuk mengambil kursus fotografi. Beruntung, obyek pelarianku teramat banyak. Kursuspun urung kulakukan, aku terbelenggu di tempurung waktu.
Di tempat yang berbeda, aku menghabiskan waktuku di depan Museum Fatahilah. Duduk sendiri dipinggir kolam yang tak jernih, mengamati anak-anak kecil yang bermain sepak bola, skate board dan sepeda. Sesekali gerakan mereka terhenti di dalam kameraku, dan berganti format menjadi RAW. Somehow, kebahagiaan mereka menulariku. Entah apa jadinya kalau ide brilian Michael Wesely kuaplikasikan saat itu, dan aku terpaksa menunggu 2 tahun demi menikmati hasil dari proyek fotografi ini. Aku tak cukup sabar sekaligus was-was kalau dalam 2 tahun museum ini berevolusi menjadi mall ataupun gedung multiguna lainnya.
Oh ya Michael Wesely ini fotografer kelahiran Munich yang saat ini menetap di Berlin. Proyek open shutter-nya ini sangat brilian, dengan kamera obscura dia men-setting long exposure, hingga dua tahun, dengan aperture yang sangat kecil. Mengambil lokasi di Potsdamer Platz, Berlin, Michael Wesely berhasil mengabadikan proses rekonstruksi bangunan yang terjadi di lokasi itu selama dua tahun. Alhasil semua kejadian dalam dua tahun terekam dalam satu gambar, tentu gambarnya jadi artistic. Bayangkan … semua kronologi dalam dua tahun itu terekam dalam satu gambar statis dua dimensi. Sungguh ide brilian.
apa kabar Jeng ?
dibandingkan dengan kamu Vi, aku motretnya sering masih asal, tapi pergi ke alam dengan kameraku sering membuatku super hepi walau hasil jepretannya kadang nggak karuan.
apa kabar Jeng ? 🙂
keren!!
tapi jangan lakukan hal seperti itu di indonesia..
sebelum 2 tahun, kameranya udah keduluan “diamankan” oleh seseorang :))
Jangan khawatir Mbak, insyaallah museum-nya gak akan di”gusur”. Yg sy khawatirkan justru kebanjiran, baik krn hujan atau pasang air laut.
Kebayang gak bgm nasibnya 20 thn lg?
wew… nyeni bo !!! 🙂
@EM: Kamera juga membuatku hepi Jeng. Btw, aku ngefans ama foto sun(set/rise) dikau loh.
@phoenixfly: haha itu pasti, besi rel kreta api aja diambil.
@Rzgd: Kebanjiran or kena pasang? kita jadikan kota tua sebagai little Venice van Java. Yuk hunting Mas!
@Nova: Asli Kang, pancen nyeni tenan!
OMIGOD. NOVI! itu kuis are u normal are u normal itu ya? yang aku nggak pernah bisa tembus angka 30 % kenormalan? iri banget sama kamu , yang hingga saat ini, masih punya ‘semangat’ itu….ketakutan akan invasi modal
bagus ya fotonya
@Vira: Vir kadang daku kalo lagi kumat justru tingkat kenormalannya tinggi.
@hamalekot: I wish I could make the same picture.